Jumat, 02 Mei 2014

Perubahan Bahasa



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
                                   
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan pesan yang ada dalam pikirannya ke dalam bentuk lisan maupun tulisan.Secara internal bahasa dapat dikaji melalui struktur fonologi, morfologi, sintaksis sampai struktur wacananya.Sedangkan kajian secara eksternal berkaitan dengan factor-faktor yang ada di luar bahasa melahirkan displin baru yang merupakan kajian antara dua bidang ilmu atau lebih.Seperti sosioliguistik yang merupakan kajian antara sosiologi dan linguistic, psikolinguitik merupakan kajian psikologi dan linguistic, neurolinguistik merupakan kajian antara neurologi dan linguistic.
Dalam pengguna bahasa tersebut, belakangan ahli bahasa dalam pengguna bahasa tidak dapat mengamati bagaimana sebuah bahasa terdistribusi di masyarakat, tetapi juga bagaimana sebuah perubahan terjadi dalam suatu bahasa.
            Dewasa ini adanya perubahan bahasa ditinjau dari pandangan tradisional, perubahan-perubahan yang sedang terjadi dan mekanisme perubahan, para ahli banyak yang memperdebatkan masalah perubahan bahasa, apakah diamati atau tidak.


B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian perubahan bahasa?
2.      Bagaimana perubahan fonologi?
3.      Bagaimana perubahan morfologi?
4.      Bagaimana perubahan sintaksis?
5.      Bagaimana perubahan kosakata?
6.      Bagaimana perubahan semantic?
7.      Bagaimana pandangan tradisional terhadap perubahan bahasa?
8.      Apa saja perubahan bahasa yang sedang berlangsung?
9.      Bagaimana mekanisme perubahan bahasa?

C.    Tujuan penulisan
1.      Untuk mengetahui  perubahan bahasa.
2.      Untuk mengetahui perubahan fonologi.
3.      Untuk mengetahui perubahan sintaksis.
4.      Untuk mengetahui perubahan kosakata.
5.      Untuk mengetahui perubahan semantic.
6.      Untuk mengetahui pandangan tradisional terhadap perubahan bahasa.
7.      Untuk mengetahui apa saja perubahan bahasa yang sedang berlagsung.
8.      Untuk mengetahui mekanisme perubahan bahasa.





















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Perubahan Bahasa

Wadhaught dalam Chaer menyatakan bahwa perubahan bahasa itu tidak dapat diamati, sebab perubahan itu sudah menjadi sifat hakiki bahasa, berlangsung dalam waktu relatif lama, sehingga tidak mungkin diobservasi oleh seseorang dalam waktu terbatas.Namun, yang dapat diketahui adalah bukti adanya perubahan bahasa itu.Ini terbatas pada bahasa-bahasa yang mempunyai tradisi tulis, dan mempunyai dokumen tertulis dari masa-masa yang sudah lama berlalu.
Perubahan bahasa lazim diartikan sebagai adanya perubahan kaidah, entah kaidahnya direvisi, kaidahnya menghiang, atau munculnya kaidah baru. Dan semuanya dapat terjadi pada semua tataran linguistic, yaitu: fonologi, morfologi, sintaksis, semantic ,maupun lekson. Menurut Sausure (1959) dan Bloon Field (1913) yang dapat kita lakukan adalah mengamati akibat dari perubahan bahasa tersebut.Akibat utama perubahan bahasa adalah adanya perbedaan terhadap struktur bahasa tersebut, para ahli bahasa awalnya mengamati perubahan bahasa dalam bentuk adanya variasi bahasa.[1]

B.     Perubahan Fonologi

Perubahan fonologi dalam bahasa inggris ada juga yang berupa fonem.Bahasa Inggris kuno dan pertengahan tidak mengenal fonem /z/. Lalu ketika terserap kata-kata seperti azure, measure, rougedari bahasa perancis, maka fonem /z/ tersebut ditambahkan dalam khazanah fonem bahasa inggris. Perubahan bunyi dalam sistem fonologi Bahasa Indonesiapun dapat kita lihat sebelumnya berlakunya EYD. Fonem /f/,/x/, dan /s/ belum dimasukkan dalam khazanah fonem Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia lama hanya mengenal empat pola silabel, yaitu V,VK, KV dan KVK. Tetapi kini pola KKV, KKVK, KVKK telah pula menjadi pola sialbel dalam Bahasa Indonesia.


C.    Perubahan Morfologi

Perubahan bahasa dapat juga terjadi dalam bidang korfologi yaitu dalam proses pembentuka  kata. Conthnya dalam Bahasa Indonesia ada proses penaasalan dalam proses pembentukan kata dengan prifeks me-  danpe-. Kaidahnya adalah :
1.      apabila kedua prifks itu diimbuhkan pada kata yang dimulai dengan konsonan /I/,/r/,/w/, dan /y/ tidak terjadi penasalan.
2.      Apabila diimbuhkan pada kata yang dimulai pada konsonan /b/ dan /p/ diberi nasal /na/.
3.      Apabila diimbuhkan pada kata yang dimulai dengan konsonan /d/ dan /t/ diberi nasal /n/.
4.      Apabila diimbukan pada kata yang dimulai dengan konsonan /s/ diberi nasal /nya/.
5.      Apabila diimbuhkan pada kata yang dimulai dengan konsonan /g/,/k/,/h/, dan semua vocal diberi nasal /ng/.[2]









D.    Perubahan Sintaksis

Perubahan kaidah sintaksis dalam Bahasa Indonesia juga dapat kita temukan. Misalnya, menurut kaidah sintaksis yan berlaku sebuah kalimat aktif transitif harus selalu mempunyai objek, atau dalam rumusan lain setiap kata kerja aktif transitif diikuti oleh objek. Tetapi dalam kalimat aktif transitif banyak yang tidak dilengkapi objek, seperti:

a.       Reporter anda melaporkan dari tempat kejadian.
b.      Pertunjukan  itu sangat mengecewakan.
c.       Sekretais itu sedang mengetik di ruangannya.
d.      Dia mulai menulis sejak duduk di bangku SMP.
e.       Kakek sudah makan, Tetapi belum minum.
     

E.     Perubahan Kosakata    

Perubahan bahasa paling mudah terlihat adalah pada bidang kosakata.Perubahan kosakata berarti bertambahnya kosakata baru, hilangnya kosakata lama, dan berubahnya makna kata. Bahasa Inggris yang diperkirakan memiliki lebih 60.000 kosakata adalah karena penmbahan kata-kata baru yang dari berbagai sumber bahasa lainyang telah berlangsung sejak belasan abad yang lalu. Sedangkan Bahasa Indonesia dalam Kamus Besar Bahasa Indonesiamemiliki sekitar 65.000 kosakata, tetapi dalam Kamus Poerwadarminta hanya terdapat 23.000 kosakata. Hal ini juga karena tambahan beragai sumber termasuk bahasa-bahasa asing dan bahasa-bahasa nusantara.[3]





F.     Perubahan Semantik

Perubahan semantic mumnya dalah berupa perubahan pada makna butir-butir leksikal yang mungkin berubah total, meluas, atau juga menyempit. Perubahan yang bersifat total maksudnya, apabila pada waktu dahulu kata itu bermkna A, maka kini atau bermakna B.
            Perubahan makna yang bersifat meluas (broadening), maksudnya dahulu kata tersebut hanya memiliki satu makna, tetapi sekarang lebih dari satu makna.Misalnya, dalam Bahasa Inggris kata holiday asalnya hanya bermakna “hari sucu” (yang berkaitan dengan agama).Tetapi sekarang bertambah degan makna “hari libur”.
            Perubahan makna yang menyempit, artinya jika pada umumnya kata itu memiliki makna yang luas, tetapi kini menjadi sempit maknanya. Seperti, kata “sarjana” dalam Bahasa Indonesia pada mulanya bermakna “orang cerdik pandai”, tetapi sekarang hanya bermakna “orang yang sudah lulus dari perguruan tinggi”.
            Dalam pengguna bahasa tersebut, belakangan para ahli bahasa dalam pengguna bahasa tidak hanya dapat mengamati bagaimana sebuah bahasa terdistribusi di masyarakat, tetapi juga bagaimana sebuah perubahan dalam suatu bahasa.
            Perubahan bahasa yang terjadi dalam internal bahasa sendiri, yang menyebabkan perbedaan struktur bahasa akibatnya dalam jangka waktu tertentu sebuah kata diucapkan berbeda seperti kata dalam Bahasa Inggris ada dua kata berbeda untuk menyebut kuda.Yaitu “horse”dan “hoarse”. Dan juga ada dua kata yang awalnya berasal dari satu kata seperti “thin” dan “thing”, sehingga terjadi satu unit pengucapan kata menjadi dua. Perubahan yang kedua adalah perubahan yang hakikatnya merupakan perubahan eksternal. Perubahan ini terjadi akibat adanya peminjaman (borrowing) dari bahasa dialek lain ke sebuah bahasa.[4]
Beberapa bahasa di dunia juga mangalami peminjaman dari bahasa-bahasa lain, seperti bahasa hindu yang banyak meminjam dari Bahasa Sansekerta atau Bahasa Urdu dari Bahasa Arab.
            Peminjaman kadang kala tidak terjadi hanya kepada tataran pengucapan
saja, tetapi juga kepada tataran bahasa meskipun hal ini terbatas.[5]


G.    Pandangan Tradisional

Perubahan bahasa yang terjadi dalam internal bahasa sendiri, yang menyebabkan perbedaan struktur bahasa.Akibatnya, dalam jangka waktu tertentu sebuah kata diucapkan berbeda. Dalam Bahasa Inggris, ada dua kata berbeda intuk menyebutkan kuda, “horse”dan “hoarse”. Juga ada dua kata yang awalnya berasal dari satu kata “thin” dan “thing”. Sehinga terjadisatu unit pengucapan kata menjadi dua.
Perubahan yang kedua adalah perubahan yang hakikatnya merupakan perubahan eksternal. Perubahan ini terjadi akibat adanya peminjaman (borrowing) dari bahasa dialek lain ke dalam sebuah bahasa. Dalam Bahasa Inggris contohnya, dalam pengucapan Zhuntuk Jdalam conth mengucapkan Jeanne.
Beberapa bahasa di dunia juga mengalami pemijaman dari bahasa-bahasa lain, seperti bahasa Hindi banyak meminjam dari Bahasa Sansakerta atau Bahasa Urdu dari Bahasa Arab.
      Peminjaman kadangkala terjadi tidak hanya kepada tataran pengucapan saja, tetapi juga kepada tataran tata bahasa meskipun hal ini sangat erbatas.
      Pandangan tradisional terhadap perubahan bahasa juga tertarik melihat “Kekerabatan Bahasa” dan hubungan antara bahasa-bahasa. Ahli bahasa merekonstruksi sejarah bahasa yang saling berhubungan yang memiliki kemiripan, sehingga dapat melihat suatu sat di massa lalu ketika satu bahasa terpecah atau hilang.[6]



Pendekatan alternative.Gelombang bahasa lebih mudah digunakan dalam melihat perubahan bahasa.Dengan pendekatan ini, perubahan bahasa yang timbul dilihat sebagai sebuah aliran dan interaksi bahasa-bahasa.Meskipun tidak mudah untuk melihat aliran bahasa yang masuk ke suatu bahasa.Ini mrupakan jenis perubahan bahasa yang ketiga yaitu bahasa berkembang da menyebar.Pengamatan mengenai perkembangan bahasa ini disebur etimologi, yaitu kajian yang menyelidiki asal usul kata.
            Dengan konsep “gelombang” dan “difusi” bahasa, akan membantu memahami proses perubahan bahasa. Konsep mengenai “Keluarga atau Kekerabatan Bahasa” melihat akibat yang ditimbulkan dalam perubahan yang terjadi dalam sebuah bahasa.[7]

H.    Beberapa Perubahan Bahasa yang sedang Belangsung

Beberapa ahli bahasa mngamati perubahan bahasa yang sedang terjadi.Misalnya, Chambers dan Trudgil (1980) menjelaskan perkembangan pengucapan r uvular (pengucapan dengan anak lidah) dalam Bahasa Eropa dan Eropa utara. Dulu pengucapan r di wilayah tersebut dengan apical (menempelkan ke langit-langit) atau bergeser, tetapi mulai abad ke-17 cara pengucapan r uvular dari Paris menggantikan cara pengucapan r yang lain. Cara pengucapan ini menjadi cara pengucapan standar di Perancis, Jerman, dan Denmark, juga ditemukan di Belanda, Swedia, dan Norwegia.
Seorang ahli bahasa, Gimson (1962) mengamati bahwa beberapa pengucapan huruf vokal diftong cenderung diucapkan menjadi satu huruf vokal, contoh pada kata home.Gejala ini biasanya terjadi pada lingkungan anak muda. Di AS, beberapa contoh ditemui, misal: naughty à notti, caught à cot, dawn à don.[8]
Dari contoh di atas dapat diamati bahwa faktor usia, anak muda kecenderungan untuk menggunakan bahasa yang berbeda dengan generasi yang lebih tua. Meksipun, faktor usia bukanlah jaminan mengenai fenomena perubahan bahasa. Bukan jaminan, ketika sekelompok anak muda menggunakan bahasa yang berbeda dengan mereka yang lebih tua, tetapi kemungkinan pada kurun tertentu di masa ketika mereka menjadi lebih dewasa/tua mereka tetap mempertahankan gaya bahasa mereka. Bisa jadi mereka akan menggunakan bahasa sesuai dengan usia mereka. Untuk melihat fenomena ini, maka metode penelitian survei cocok untuk diterapkan. Penelitian dilakukan kepada penggunaan bahasa oleh sampel sekelompok anak muda, kemudian ketika mereka berusia 20 – 30 tahun, penggunaan bahasa mereka di cek lagi apakah cenderung sama atau berubah, dan hasilnya dibandingkan.
Penelitian yang membandingkan dua set data pada dua kurun waktu yang berbeda dilakukan oleh Labov (1963) dalam hal pengucapan bahasa di Vineyard Martha, tiga mil dari Massachussets, penduduknya terdiri dari orang Yankee, Portugis, dan Indian America. Penelitiannya berfokus kepada dua set kata: (1) out, house, dan trout dan (2) while, pie, dan night. Penelitian dilaksanakan pada tahun 1930. Variabel penelitian dua set, pertama (aw) untuk variabel (au ) atau (əu), kedua (ay) untuk variabel (ai) atau (ei).
Pada tahun 1972, Labov mempublikasikan temuannya.Penjelasan dari temuannya adalah penduduk asli merasa lebih memiliki pulau mereka dengan menggunakan variabel pertama (aw) dan (ay). Temuan tersebut mengindikasikan bahwa anak muda masih bebas untuk memilih, di mana akan tinggal. Tidak seperti orang tua, yang merasa nyaman dengan tempat tinggalnya, sehingga cenderung memilih penggunaan bahasa yang berbeda dari pada ketika masih mudanya.
Labov juga mengamati perbedaan pengucapan r oleh kelompok sosial kelas menengah yang cenderung lebih “hiperkorektif” dalam mengucapkan r dengan pengucapan yang lebih jelas, juga oleh laki-laki dari pada perempuan. Perempuan mulai mengucapkan r dengan lebih jelas seperti halnya laki-laki.  Hal ini mengindikasikan bahwa kelas sosial yang lebih rendah telah menerima gaya bahasa yang formal.
Trudgill (1972) mengamati perubahan bahasa yang sedang terjadi.Dia mengamati bahwa pekerja wanita lebih suka mengucapkan (ng) dengan (n), contoh pada kata singing, wanita mengucapkan (singin’) bukan (singing).Pengamatannya menghasilkan temuan bahwa perubahan bahasa juga ditentukan oleh faktor gender.[9]
Cheshire (1978) melakukan penelitian di Reading, Inggris. Dia menemukan bahwa anak laki-laki dari strata kelas sosial bawah lebih sering menggunakan sintaksis bahasa yang tidak standar dari pada anak perempuan.Gejala ini menunjukkan, adanya “solidaritas” dalam penggunaan bahasa.
Penelitian-penelitian di atas mengarahkan kita untuk membatasi area yang mengakibatkan perubahan bahasa. Yang memotivasi perubahan bahasa dapat beragam, mulai dari: mencoba menjadi warga kelas “yang lebih tinggi” atau sebaliknya “lebih rendah”, agar tidak dianggap “orang asing”, atau agar dianggap memiliki jiwa “solidaritas”. Wanita juga dianggap cukup aktif dalam membawa perubahan bahasa, meskipun laki-laki juga bisa.[10]

I.       Mekanisme Perubahan
Menurut Labov (1972) ada beberapa mekanisme dasar dalam perubahan bahasa. Mekanisme yang memiliki tiga belas tahapan, dan Labov menyebut delapan tahapan pertama sebagai “perubahan dari bawah”, sementara lima sisanya disebut sebagai perubahan dari atas”. Berikut ketiga belas tahapan tersebut:
1.   Bunyi berubah biasanya bermula ketika penggunaan bahasa anggota kelompok dari komunitas penutur bahasa tertentu terbatasi, yaitu masa dimana ketika identitas komunitas yang terpisah menjadi lemah.Bentuk linguistik yang berganti biasanya berupa penanda status wilayah dengan distribusi penggunaan bahasa yang tidak merata dalam masyarakat.Pada tahap ini, variabel linguistik yang berubah belum ditentukan.
2.  Perubahan baru terjadi ketika ada generalisasi bentuk (pola) linguistik oleh anggota kelompok penutur bahasa; tahapan ini biasanya disebut dengan perubahan dari bawah, yaitu perubahan yang terjadi dari kesadaran sosial. Variabel linguistik menunjukkan belum ada pola variasi gaya bahasa dalam penggunaan bahasa oleh penuturnya, namun mempengaruhi semua kelas kata yang telah ada sebelumnya. Variabel linguistik pada tahap ini ini merupakan sebuah indikator yang ditetapkan sebagai fungsi keanggotaan pada komunitas sosial.[11]
3.   Berhasil meningkatkan jumlah penutur bahasa pada kelompok sosial yang sama serta berhasil merespon tekanan sosial masyarakat yang sama, membawa variabel linguistik menuju proses perubahan bahasa, menjadi berbeda dari bahasa induknya. Perubahan ini disebut perubahan hiperkorektif dari bawah.
4.   Ketika sistem nilai masyarakat penutur asli bahasa diadopsi oleh kelompok masyarakat lain, perubahan bunyi-bunyi bahasa yang berkaitan nilai-nilai kemasyarakatan tersebut agar menyebar kepada kelompok masyarakat yang mengadopsinya.
5.  Batas dari penyebaran perubahan bahasa merupakan batas dari komunitas  bahasa.
6.  Ketika perubahan bunyi bahasa dengan segala nilai-nilai sosial yang melekat didalamnya mencapai batas penyebarannya, maka variabel linguistik menjadi  salah satu norma yang menjadi bagian dari masyarakat, dan akan dijaga oleh masyarakat. Variabel linguistik ini sekarang menjadi penanda dan akan mulai menunjukkan variasi/gayanya sendiri.
7.   Perubahan variabel linguistik di dalam sistem linguistik akan selalu menyesuaikan distribusi unsur-unsur linguistik yang lain dalam tataran fonologi.
8.   Penyesuaian struktur menyebabkan perubahan bunyi kebahasaan yang masih berhubungan dengan bahasa asalnya. Tetapi kelompok penutur bahasa yang baru akan memperlakukan bunyi bahasa yang diterimanya sebagai bunyi baru dalam komunitas penutur bahasa tersebut.
9.   Apabila kelompok penutur bahasa yang menerima bahasa baru bukan dari kelas yang lebih tinggi, maka kelompok masyarakat yang berasal dari kelas yang lebih tinggi akan “mempengaruhi” bentuk linguistik.
10. Perubahan diatas merupakan perubahan dari atas,  suatu koreksi bagi bentuk kebahasaan yang berubah karena mendapat pengaruh dari bahasa kelompok masyarakat yang lebih tinggi, yaitu model bahasa yang prestis.
11. Apabila model bahasa prestis (bergengsi) tidak mendukung bentuk kebahasaan yang digunakan oleh kelompok masyarakat dalam beberapa bentuk kelas kata, maka kelompok lain akan melakukan hiperkoreksi, memasukkan unsur kebahasaan yang seharusnya dilakukan oleh bahasa prestis..Ini disebut dengan hiperkoreksi dari atas.
12.  Dalam perubahan yang kuat, satu bentuk kebahasaan akan muncul, dan  mungkin juga menghilang. Hal ini disebut dengan streotipe atau model bahasa.
13.  Apabila perubahan bahasa terjadi pada kelas sosial yang lebih tinggi, bentuk bahasa akan menjadi model bahasa prestis. Bahasa yang kemudian akan diadopsi oleh penutur bahasa yang lain sesuai dengan proporsi kontak bahasa penutur bahasa terebut dengan bahasa prestos.[12]

Perubahan bahasa terjadi melalui cara-cara yang kompleks dengan berbagai jalan perubahannya, secara sadar atau tidak sadar dalam perubahan bahasa, tempat yang membuat tingkat sosial masyarakat ikut mempengaruhi perubahan.
Perubahan bahasa dari atas merupakan perubahan bahasa secara sadar.Seharusnya perubahan tersebut juga diikuti oleh pola-pola linguistik yang standar. Perubahan dari bawah merupakan perubahan bahasa secara tidak sadar dan cara tersebut jauh dari pola-pola linguistik standar.  Yang menarik juga adalah wanita dianggap kelompok pertama yang membawa perubahan bahasa, sementara laki-laki kedua.Wanita memiliki motivasi untuk mengikuti dan menyesuaikan dengan pengguna bahasa yang lebih kuat sementara laki-laki cenderung mengikuti temannya.Wanita cenderung lebih sadar untuk memahami perubahan bahasa sementara laki-laki tidak.[13]














BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan

Perubahan bahasa berarti adanya perubahan kaidah, entah kaidahnya direvisi, kaidahnya menghilang, atau munculnya kaidah baru, dan semuanya itu dapat terjadi pada semua tataran linguistik: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik maupun leksikon
Mekanisme dasar dalam perubahan bahasa memiliki tiga belas tahapan, perubahan bahasa dari atas merupakan perubahan bahasa secara sadar, yang diikuti oleh pola linguistik yang standar sedangkan perubahan dari bawah merupakan perubahan secara tak sadar.
Yang memotivasi perubahan bahasa dapat beragam, mulai dari  mencoba menjadi warga kelas “yang lebih tinggi” atau sebaliknya “lebih rendah”, agar tidak dianggap “orang asing”, atau agar dianggap memiliki jiwa “solidaritas”











DAFTAR PUSTAKA

Aslinda dan Leni Syafyahya. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: PT. Refika Aditama.
Paina Partana, dan Sumarsono. 2002. Sosiolinguitik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Chaer, Abdul dan Leoni Agustina.2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.  Jakarta: Rineka Cipta.
Kushartanti, dkk (eds). 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.







[1]Aslinda dan Leni Syafyahya,Pengantar Sosiolinguistik,(Bandung: PT. Refika Aditama, 2007) 19.

[2]Ibid.,20.
[3]Ibid., 21
[4]Ibid.,22.
[5] Ibid., 23.
[6] Partana Paina dan Sumarsosno, Sosiolinguitik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 36.

[7] Ibid. 37.
[8]Kushartanti, dkk (eds), Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005) 104.

[9] Ibid., 105.
[10] Ibid. 107.
[11] http://nahulinguistik.wordpress.com. Diakses pada 25 April 2014 pukul:21.54.
[12]Ibid.,
[13] Ibid.,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar